Ketika malam ku termenung
Entah seberapa banyak dosaku
yang telah mulai setinggi gunung
karena tak memikirkan Kasih dari Mu ya Allah
Ya, Allah
Seberapa besar dosa-dosa ku?
Yang membuat hatiku
Keras bagai batu
Sehingga tubuh kaku
Telinga, tak pernah mendengar Firman2-Mu
Mata, tak dapat melihat Keagungan-Mu
Hati, tak merasakan Kasih dan Sayang-Mu
Kaki, tak pernah berjalan ke Rumah-Mu
Ya, Allah
Berikanlah pada hamba-Mu ini
Sebuah penderitaan abadi
Dimana bumi menolakku
Dan langit menjauhiku
Tapi, apalah dayaku
Aku tak juga mengerti
Yang membuat hati menjadi kikir
Yang berpikir, buruk! bila memberi.
Ya, Allah
Kau mulai menjauh
Seakan-akan imanku sudah terjatuh
Karena tak dapat menyentuh
Keagungan Cinta-Mu
Ketika itu, waktu mulai berlalu
Berarti waktuku tak banyak lagi
Sebelum hari itu tiba
Aku akan berubah selamanya
Akhirnya aku mulai mengetahui
Bahwa Kau ingin aku mengerti
Tentang semua penderitaan ini
Aku mulai berfikir
Berfikir untuk Toubat kepada-Mu
Yang selalu memberi anugerah kepada hamba-hamba-Mu
Yaitu, anugerah sebuah Hidayah
Ya, Allah
Terima kasih telah memberiku hidayah
Yang jarang didapatkan oleh semua Insan
Yang selalu menantikannya
Baik Kafir maupun Beriman
Kulantunkan pujian hanya untuk-Mu
kubaca dan kudalami semua Firman-Mu
Kulihat dan kusyukuri semua keagungan-Mu
Dan Kulangkahkan kaki menuju Rumah-Mu
Akupun memulai semua
Memulai dari awal
Dimana semua yang berawal
Akan segera berakhir
What Time Is it?
Senin, 29 September 2008
Senin, 01 September 2008
Pemerintah, Dari Rakyat Untuk Rakyat
Pemerintah, dari rakyat untuk rakyat. Benarkah demikian? Benarkah pemerintahan memihak pada rakyat? Apabila memihak, apa buktinya? Mungkin mudah bagi kita untuk menjawabnya, tapi bagaimana kalau pemerintah yang menjawabnya? Coba kita renungkan, apa kebaikan yang diberikan pemerintah untuk kita, pasti banyak sekali bagi sebagian orang. Tapi, bagaimana sebagian yang lain? yang tidak mendapat bantuan? Lalu, coba kita renungkan, apa saja keburukan yang dilakukan pemerintah?
Sebelum itu, mari kita jawab permasalahan-permasalahan berikut ini:
(Bagi Anda yang memiliki pertanyaan2 silakan tulis di komentar, sebagai referensi posting kami)
Sebelum itu, mari kita jawab permasalahan-permasalahan berikut ini:
(Bagi Anda yang memiliki pertanyaan2 silakan tulis di komentar, sebagai referensi posting kami)
- Kepada Siapa pemerintah memihak?
- Kepada Siapa Hukum memihak?
- Kepada Siapa kita mengutarakan pendapat?
- Apakah kesejahteraan masyarakat Indonesia sudah membaik?
- Untuk Siapakah Pemerintah itu?
- Apa perlu digantinya pemerintahan, demi terciptanya keadilan di Indonesia?
Selasa, 12 Agustus 2008
Puisi Tanpa judul
Seandainya dia mengetahui
Apa yang aku alami
Tapi seaka kau tidak mengerti
Apa yang kurasa
Layaknya hati tampa doa
bagai hutan yang gundul
seperti perasaan tanpa cinta
Layaknya Puisi Tanpa Judul
Kau hanya tertawa
Di dalam kesedihan diriku
Aku tak mampu lagi
menahan kemauan diriku
Hidupku kini hanya tinggal kenangan
Di balik semua kesedihan
Yang tak bisa merasakan
Harumnya sebuah percintaan
Kini kau meninggalkan diriku
Walaupun Aku
Telah memberikan hatiku
Tapi kau menolakku begitu saja
Sebenarnya apa yang kau mw
Aku tak bisa merasakan
Apa pun yang kau berikan
yang tersisa hanya penderitaan
Akhirnya kau pergi
Tak ada kabar lagi
Seakan akan sudah
tidak ada lagi cinta
Aku pun mulai melupakan mu
perlahan tapi pasti
Tapi untuk apa aku melakukan itu?
Aku hanya menyakiti diriku sendiri
Maafkanlah diriku
kau adalah madonaku
dalam setiap penderitaan ku.
Terima kasih Cinta.
Apa yang aku alami
Tapi seaka kau tidak mengerti
Apa yang kurasa
Layaknya hati tampa doa
bagai hutan yang gundul
seperti perasaan tanpa cinta
Layaknya Puisi Tanpa Judul
Kau hanya tertawa
Di dalam kesedihan diriku
Aku tak mampu lagi
menahan kemauan diriku
Hidupku kini hanya tinggal kenangan
Di balik semua kesedihan
Yang tak bisa merasakan
Harumnya sebuah percintaan
Kini kau meninggalkan diriku
Walaupun Aku
Telah memberikan hatiku
Tapi kau menolakku begitu saja
Sebenarnya apa yang kau mw
Aku tak bisa merasakan
Apa pun yang kau berikan
yang tersisa hanya penderitaan
Akhirnya kau pergi
Tak ada kabar lagi
Seakan akan sudah
tidak ada lagi cinta
Aku pun mulai melupakan mu
perlahan tapi pasti
Tapi untuk apa aku melakukan itu?
Aku hanya menyakiti diriku sendiri
Maafkanlah diriku
kau adalah madonaku
dalam setiap penderitaan ku.
Terima kasih Cinta.
Sabtu, 05 Juli 2008
Setetes Air Mata
Setetes air mata kujatuhkan
Karena kehilangan tujuan
Hanya mendapat kesimpulan
Aku hanya mengalami kasmaran
Bila Sebuah Peristiwa
Dapat menghujam kearah dada
Tidak akan ada kata-kata
Yang ada hanya setetes air mata
Oh, Cinta itu begitu palsu
hingga kau merasa tertipu
sesungguhnya hanya Ia yang tahu
Yang terjadi pada dirimu
Sebuah cinta di gurun berpasir
yang memiliki menjadi orang kafir
kutinggalkan setetes air
Di tanah gurun berpasir
Kutindihkan kaki di Madinah
Dimana air berwarna cerah
Cinta yang kehilangan gairah
Menangis mengeluarkan darah
Kini cintaku mulai membisu
Hatipun mulai cemburu
Aku hanya bisa bertumpu
Yang tak menyadari apa yang kupilu
Sakit yang melanda jiwa
Penderitaan yang tidak berujung
Cinta yang hamba bawa
Hanya seperti gunung
Tapi, kamupun mulai membisu
Dan mulai mencampakkanku
Yang tak mengerti isi hatimu
untuk aku tiru
Oh, cinta
dimana engkau berada
Gunung serta samudra
Kucari engkau berada
Cinta, apa yang kau derita
Dari hati keujung dada
Sakit tiada terkira
ketika cinta menusuk dada
Pada pandangan pertama
Hati tiada berkerak
ketika hati mulai terbuka
aku mulai merasakan cinta
Aku manusia tiada berguna
sakit hati bagai neraka
sebuah neraka dari dunia
yaitu neraka kesepian
Kesendirian dan kesepian
Dan sejuta lebih penderitaan
menjadi badai kesedihan
Yang tiada berakhir
Sebuah kisah ini
tidak akan berakhir
selama hati menjadi dua
dan tidak menjadi satu
Karena kehilangan tujuan
Hanya mendapat kesimpulan
Aku hanya mengalami kasmaran
Bila Sebuah Peristiwa
Dapat menghujam kearah dada
Tidak akan ada kata-kata
Yang ada hanya setetes air mata
Oh, Cinta itu begitu palsu
hingga kau merasa tertipu
sesungguhnya hanya Ia yang tahu
Yang terjadi pada dirimu
Sebuah cinta di gurun berpasir
yang memiliki menjadi orang kafir
kutinggalkan setetes air
Di tanah gurun berpasir
Kutindihkan kaki di Madinah
Dimana air berwarna cerah
Cinta yang kehilangan gairah
Menangis mengeluarkan darah
Kini cintaku mulai membisu
Hatipun mulai cemburu
Aku hanya bisa bertumpu
Yang tak menyadari apa yang kupilu
Sakit yang melanda jiwa
Penderitaan yang tidak berujung
Cinta yang hamba bawa
Hanya seperti gunung
Tapi, kamupun mulai membisu
Dan mulai mencampakkanku
Yang tak mengerti isi hatimu
untuk aku tiru
Oh, cinta
dimana engkau berada
Gunung serta samudra
Kucari engkau berada
Cinta, apa yang kau derita
Dari hati keujung dada
Sakit tiada terkira
ketika cinta menusuk dada
Pada pandangan pertama
Hati tiada berkerak
ketika hati mulai terbuka
aku mulai merasakan cinta
Aku manusia tiada berguna
sakit hati bagai neraka
sebuah neraka dari dunia
yaitu neraka kesepian
Kesendirian dan kesepian
Dan sejuta lebih penderitaan
menjadi badai kesedihan
Yang tiada berakhir
Sebuah kisah ini
tidak akan berakhir
selama hati menjadi dua
dan tidak menjadi satu
Langganan:
Postingan (Atom)